image

HNW Apresiasi Lomba Baca Kitab Kuning Di DKI Jakarta

Minggu, 05 Desember 2021 08:03 WIB

Jakarta,- Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M Hidayat Nur Wahid, MA mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tahunan nasional ; Lomba Baca Kitab Kuning, yang diselenggarakan oleh PKS. Hidayat berharap kegiatan tersebut menyemangati para Santri dan bangsa Indonesia untuk meningkatkan kwalitas ilmu, amal dan wawasan mereka, dengan meningkatkan  minat baca. Sebagaimana yang diteladankan oleh para bapak bangsa dan ulama-ulama pendiri bangsa, agar Santri generasi milenial bisa lebih berkontribusi dalam mencintai peradaban.  Dan berkontribusi membangun Indonesia secara lebih baik lagi.

Pernyataan tersebut disampaikan Hidayat  pada  final Lomba Baca Kitab Kuning V tingkat Provinsi DKI Jakarta tahun 2021. Lomba Baca Kitab Kuning V tingkat Provinsi DKI Jakarta, itu diselenggarakan oleh Fraksi PKS DPRD DKI Jakarta, pada Sabtu (4/12/2021).

HNW sapaan akrab Hidayat Nur Wahid  mengatakan, membaca Kitab Kuning di kalangan Pesantren merupakan salah satu warisan para ulama pendiri bangsa di Indonesia. Ia menyebut beberapa ulama pendiri bangsa berlatar belakang Ormas dan Orpol, seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Ahmad Dahlan, KH Wahab Hasbullah, Ki Bagus Hadikusumo, KH Wahid Hasyim, KH Kahar Mudzakkir, H Agus Salim, KH. A Sanusi, hingga M Natsir yang merupakan Ulama Pejuang dari kalangan pesantren, mereka juga  akrab dengan Kitab Kuning.  

“Mereka adalah pembaca Kitab Kuning yang tekun, dan berasal dari beragam pesantren. Para Kiai atau ulama pendiri bangsa itu semakin mempelajari kitab kuning, semakin paham Agama Islam, semakin berjuang untuk Indonesia. Mencintai dan mempertahankan Indonesia Merdeka bahkan dengan semangat fatwa berjihad untuk Indonesia. Artinya, semakin ‘tafaqquh fiddin’ (mendalami agama Islam), semakin banyak kitab yang mereka baca, semakin mencintai dan berani membela Indonesia,” jelasnya.

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS), ini  menambahkan warisan para ulama pendiri bangsa yang gemar membaca tersebut perlu terus dijadikan inspirasi dan dilanjutkan bersama. Apalagi, salah  satu survey dari UNESCO beberapa tahun lalu, disebut bahwa minat membaca masyarakat Indonesia sangat rendah.

“Indonesia menduduki peringkat 60 dari 61 negara yang disurvey. Dari 1000 orang di Indonesia, yang memiliki minat baca hanya 1 orang. Ini tantangan yang sangat besar, padahal kita mewarisi semangat baca yang luar biasa dari para pendiri bangsa, termasuk dari kalangan Ulamanya,” tukasnya.

HNW berharap, pelaksanaan Lomba Baca Kitab Kuning yang digelar oleh Fraksi PKS ini bisa menyemangati para santri, sekaligus menjadi ajang shilaturahim antar Pesantren dan Santri. Karena Peserta Lomba Baca Kitab Kuning datang dari beragam latar belakang Pesantren yang berbeda-beda. Diharapkan menjadi wasilah untuk mendekatkan para Santri milenial dengan Para Ulama dan Kitab klasik mereka.  Seperti,  Kitab Fathul Muin yang dilombakan, dan merupakan karya populer di Pesantren. Kitab ini  ditulis oleh  Ulama asal Malibar India. Itu menandakan bahwa Pesantren  terbiasa membaca dan mengaji kitab dari Ulama yang beragam. Termasuk latar daerah / negara yang berbeda. Agar wawasan mereka makin meluas.  Karena itu, para Santri  perlu dibantu, agar bisa terus lestarikan apa yang sudah diwariskan para ulama. Yaitu dengan membaca dan perlombaan membaca.

“Lomba ini bisa menjadi stimulus agar para Santri bersemangat  belajar, membaca dan berlomba dalam kebaikan. Dan Alhamdulillah, lomba ini mendapat sambutan yang luar biasa dari kalangan Pesantren. Jumlah peserta terus bertambah setiap tahunnya. Latar belakang Pesantren yang ikut juga semakin berragam. Ini menunjukan bahwa PKS selaku partai politik Islam tidak hanya hadir menjelang pemilu, dan tidak hanya mengurusi masalah kekuasaan, tetapi juga selalu hadir menemui Warga dengan berbagai kegiatan seperti lomba baca kitab kuning, untuk meningkatkan kwalitas berakhlak  berilmu dan berwawasan luas bagi para Santri. Agar mereka juga mempunyai wawasan kesejarahan, keummatan dan kebangsaan secara baik dan benar. Terjauhkan dari radikalisme, intoleran, liberalisme, permissivisme, apalagi atheisme/agnothisme. Agar NKRI makin jaya raya,” pungkasnya.


Anggota Terkait :

Dr. H. M. HIDAYAT NUR WAHID, M.A.