image

Lantik Pengurus Organisasi Pemuda Asia Afrika, Bamsoet Dorong Pemuda Asia Afrika Implementasikan Dasa Sila Bandung

Jumat, 11 Maret 2022 18:19 WIB

JAKARTA -  Ketua MPR RI Bambang Soesatyo mendorong peran dan kiprah pemuda di kancah internasional, khususnya di kawasan Asia-Afrika, agar semakin signifikan dan bermakna strategis di tengah derasnya arus globalisasi serta kompleksnya dinamika zaman. Peran penting Pemuda Asia Afrika tersebut dapat dimanifestasikan dalam beberapa dimensi, antara lain stabilitas politik dan keamanan, penyelesaian krisis kemanusiaan, pengurangan angka kemiskinan dan pengangguran, peningkatan kualitas sumber daya manusia, serta mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan kemakmuran masyarakat di Asia Afrika.

"Dengan kapasitas kelembagaan yang dimiliki Organisasi Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government) kiranya dapat dibangun sinergi dan kolaborasi Pemuda Asia Afrika dengan berbagai pemangku kepentingan untuk mewujudkan prinsip Dasasila Bandung sebagai legasi yang diwariskan oleh momentum kesejarahan Konferensi Asia Afrika Bandung tahun 1955. Spirit Dasasila Bandung harus terus menjiwai semangat juang segenap pemuda Asia Afrika dalam mewujudkan keadilan sosial, kesetaraan, dan perdamaian abadi," ujar Bamsoet saat Pelantikan Pengurus Organisasi Pemuda Asia Afrika Periode 2021-2026 di Jakarta, Jumat (11/3/22).

Hadir antara lain Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia Yusron B. Ambary, Presiden Organisasi Pemuda Asia Asia-Afrika Respiratori Saddam AlJihad beserta sejumlah duta besar negara sahabat.

Ketua DPR RI ke-20 dan mantan Ketua Komisi III DPR RI bidang Hukum, HAM dan Keamanan ini menuturkan, Dasa Sila Bandung pada prinsipnya meletakkan dasar-dasar norma internasional yang mengamanatkan adanya penghormatan terhadap hak-hak dasar manusia, penghormatan terhadap kedaulatan dan integritas teritorial, pengakuan terhadap kesetaraan antar bangsa, menjauhi intervensi terhadap persoalan domestik suatu negara serta penghormatan terhadap hak untuk mempertahankan diri.

Selain, menghindari penyalahgunaan peraturan-peraturan dari pertahanan kolektif, menentang adanya agresi dan pelanggaran terhadap integritas wilayah dan kemerdekaan politik, mengedepankan jalan damai dalam setiap perselisihan internasional, memajukan kepentingan bersama dan kerjasama serta menghormati hukum dan kewajiban–kewajiban internasional.

"Meskipun Dasa Sila Bandung adalah 'suara regional' dari negara-negara di Asia dan Afrika yang dianggap sebagai 'dunia ketiga', namun perlu diingat dua hal. Pertama, bahwa Konferensi Asia Afrika di Bandung dihadiri oleh 29 pemimpin dari Asia dan Afrika, yang merupakan representasi dari separuh penduduk dunia. Kedua, bahwa muatan materi Dasa Sila Bandung adalah nilai-nilai universal yang berlaku bagi setiap bangsa yang selaras dan senafas dengan nilai-nilai universal yang dijunjung tinggi oleh Persatuan Bangsa-Bangsa," urai Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar dan Kepala Badan Hubungan Penegakan Hukum, Keamanan dan Pertahanan KADIN Indonesia ini menjelaskan, tanpa mengesampingkan berbagai pencapaian yang telah diraih oleh bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, dunia masih dihadapkan pada beberapa fakta miris. Berdasarkan laporan tahunan yang disusun tiga badan PBB, yakni Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO), Program Pangan Dunia (WFP), dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), tercatat bahwa pada tahun 2021, dari 768 juta orang yang kekurangan gizi di seluruh dunia, 418 juta berada di Asia, dan 282 juta di Afrika. Predikat sebagai negara-negara miskin dengan tingkat pendidikan rendah juga didominasi oleh negara-negara Asia dan Afrika.

"Kondisi ini semakin diperburuk dengan hadirnya pandemi Covid-19. Pertumbuhan ekonomi global merosot tajam, di mana pada tahun 2020 yang lalu, pertumbuhan ekonomi global terkontraksi hingga minus 3,2 persen. Pembatasan aktivitas perekonomian, dan penerapan lockdown di beberapa negara, telah meluluhlantakkan perdagangan internasional, yang terkontraksi hingga minus 8,3 persen. Resesi akibat Covid-19 ini merupakan yang terburuk dalam sejarah sejak Perang Dunia II. Dampak yang ditimbulkan lebih buruk dari dampak the Great Depression pada tahun 1930-an," tandas Bamsoet.

Wakil Ketua Umum Pemuda Pancasila dan Wakil Ketua Umum FKPPI ini menambahkan, saat ini pun masih ada ketimpangan akses antara negara maju dan negara berkembang dalam mendapatkan pasokan vaksin. Kesenjangan yang mencolok itu tergambar nyata, bahwa dari sekitar 5,7 miliar dosis vaksin yang terdistribusi secara global sejauh ini, hanya sekitar 2 persen yang disalurkan ke Afrika. Hingga bulan September 2021, jumlah warga di benua Afrika yang telah mendapatkan vaksinasi kurang dari 3,5 persen. Ini adalah sebuah angka yang kontras jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang lebih dari 80 persen populasinya telah divaksinasi.

"Jika kita kembali merujuk pada semangat Dasasila Bandung yang dilahirkan pada Konferensi Asia Afrika tahun 1955, maka atas nama peri kemanusiaan, peri keadilan, dan solidaritas antar bangsa, ketidaksetaraan dan ketimpangan tersebut adalah 'musuh bersama' yang harus kita hadapi dengan dengan semangat kebersamaan dan
gotongroyong. Karenanya, dibutuhkan semangat kebersamaan dan determinasi tinggi dari Organisasi Pemuda Asia Afrika agar mampu berkontribusi dan menjadi bagian dari solusi atas
berbagai persoalan tersebut," pungkas Bamsoet. (*)


Anggota Terkait :

Dr. H. BAMBANG SOESATYO, S.E., S.H., M.B.A.