image

Raih Penghargaan Legislator Pro Eksistensi, Waka MPR-RI Arsul Sani: Islam Mengajarkan Persaudaraan Dengan Semua Umat Manusia

Rabu, 09 Maret 2022 16:21 WIB

Mendapat penghargaan sebagai ‘Legislator Pro Eksistensi’ dari Badan Musyawarah Antar Gereja Lembaga Keagamaan Kristen (BAMAG LKK) Indonesia membuat Wakil Ketua MPR-RI H. Arsul Sani SH., MSi., Pr.M., merasa terharu sekaligus bersyukur. “Saya menjadi grogi dan malu, seolah-olah saya sudah berbuat banyak dan lebih dari yang lain”, ujarnya di Gedung Nusantara IV, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, 9 Maret 2022.

Penghargaan tersebut langsung disampaikan oleh Ketua BAMAG Pendeta Agus Susanto dihadapan ratusan Pendeta dari berbagai Sinode Gereja yang menjadi anggota BAMAG LKK Indonesia, yang memenuhi Gedung Nusantara IV. Pemberian penghargaan tersebut sangat istimewa sebab di acara yang digelar mulai pukul 09.00 WIB itu, hadir Sekretaris Umum BAMAG, Pendeta Pendeta Dr. Henky Narto Sabdo; Ketua Badan Kehormatan BAMAG Pendeta Johan Manampiring; dan Pimpinan Pondok Pesantren Nurul Falah Banten, KH. Ahmad Raifiudin, Pimpinan Pagar Nusa, dan sejumlah tokoh Forum Betawi Rempug (FBR) Bekasi.

Arsul Sani mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya  kepada BAMAG atas penghargaan yang telah diberikan. Di hadapan anggota BAMAG dan undangan lainnya, Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu mengatakan, sebagai pemeluk agama Islam, dirinya diajarkan dan diperintahkan bagaimana membangun persaudaraan tidak hanya sebatas ‘ukhuwah islamiyah’ namun juga diwajibkan untuk membangun ‘ukhuwah insaniyah’. “Dalam agama Islam juga diajarkan bagaimana membangun persaudaraan dengan ummat lain apapun latar belakangnya”, ujarnya. “Ummat lain merupakan saudara dalam kemanusiaan”, tambah pria asal Pekalongan, Jawa Tengah, itu.

Lebih lanjut dikatakan oleh alumni Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu bahwa dalam Islam juga mengajarkan ‘ukhuwah wataniyah’, persaudaraan dalam kebangsaan. “Banyak ayat dalam Al Quran yang mengajarkan kepada ummat Islam untuk melakukan apa yang masuk dalam kriteria pro eksistensi”, tuturnya.

Perintah melakukan hal yang demikian, menurut Arsul Sani juga ditauladankan oleh ayahnya. Disebut ayahnya yang merupakan tokoh NU di Pekalongan telah mendidik dirinya untuk berbuat inklusif. “Pergaulan lintas agama sudah dicontohkan oleh ayah saya sejak di kampung”, ungkapnya. Hal-hal yang diajarkan oleh ayahnya tentang kehidupan dan menghadapi segala permasalahan yang ada, antara lain menekankan keharusan berada di tengah-tengah (tawasuth), seimbang (tawazun), toleransi (tasamuh), dan tegak lurus (i'tidal). “Kalau yakin dengan kebenaran maka hal demikian harus diperjuangkan”, ujarnya.

Sebagai orang yang pernah menjadi pengacara, Arsul Sani mempunyai pengalaman dan tantangan dalam menegakkan prinsip-prinsip di atas. “Ujian inklusifitas pernah saya hadapi ketika Gus Dur meminta saya untuk membela kelompok minoritas”, ujarnya. Prinsip-prinsip demikian dikatakan terus dipegang meski mendapat tantangan.

Sebagai anggota MPR/DPR, Arsul Sani terus berikhtiar prinsip yang demikian akan terus dilakukan saat dirinya menjalankan amanah sebagai wakil rakyat.

Pendeta Agus Susanto dalam kesempatan tersebut mengungkapkan, pemberian penghargaan kepada Arsul Sani diberikan setelah BAMAG selama dua tahun memantau aktivitas yang dilakukan. “Tahun 2019 hingga tahun 2021, kita amati Bapak Arsul Sani”, ujarnya. Setelah melalui pertimbangan, BAMAG setuju, Arsul Sani masuk dalam kriteria Pro Eksistensi. “Beliau merupakan orang yang terbuka dengan siapapun”, tuturnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan tahun 2020 lalu penghargaan serupa diberikan kepada Khofifah Indarparawansa yang selama menjadi Menteri Sosial dianggap peduli pada penurunan angka kemiskinan menjadi satu digit.


Anggota Terkait :

Prof. Dr. H. SJARIFUDDIN HASAN, M.M, M.B.A.