image

Hidayat Nur Wahid : Teladani Keterpelajaran Bapak Bangsa

Senin, 02 Maret 2020 16:47 WIB

 

Kemerdekaan negara dan bangsa Indonesia antara lain adalah hasil perjuangan bapak dan ibu bangsa dari kalangan terpelajar yang terlibat dalam BPUPKI dan PPKI. Mereka mendapat pendidikan di luar negeri maupun di dalam negeri, baik pendidikan formal maupun non formal, termasuk sekolah agama baik di luar negeri maupun di dalam negeri.

“Indonesia antara lain hasil perjuangan dari kalangan terpelajar. Dengan kata lain, Indonesia dimerdekakan oleh orang-orang yang sangat terpelajar. Pada tahun 1945, para bapak dan ibu bangsa, adalah orang-orang yang sangat terpelajar,” kata Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid ketika menerima kunjungan para siswa SMAN 28 Jakarta, di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Jakarta, Senin (2/3/2020). Ikut menerima kunjungan para siswa ini antara lain anggota MPR Hj Andi Yuliani Paris dan Kepala Biro Humas MPR RI Siti Fauziah.

Hidayat Nur Wahid menyebut beberapa tokoh bapak bangsa yang sangat terpelajar. Di antaranya Moh Hatta, ahli ekonomi yang mendapat pendidikan di negeri Belanda. Juga banyak ahli hukum dari Belanda seperti Moh Yamin. Ada juga bapak bangsa yang sekolah di dalam negeri hingga tingkat sarjana seperti Ir. Soekarno.

Hidayat juga menyebut bapak bangsa seperti Agus Salim. “Agus Salim adalah otodidak. Dia tidak belajar di sekolah formal tetapi bisa menguasai delapan bahasa asing. Agus Salim membela Indonesia dalam diplomasi internasional,” tuturnya.

Selain itu, lanjut Hidayat, ada para bapak bangsa dari kalangan kiai. Ada bapak bangsa yang mendapat pendidikan (sekolah) agama hingga ke Mesir seeprti KH Kahar Muzakir. Ada pula yang belajar di pesantren seperti KH Wahid Hasjim dan Ki Bagus Hadikusumo.

Karena itu Hidayat meminta para siswa SMAN 28 Jakarta untuk meneladani sisi keterpelajaran dan sukses menjadi pelajar dari bapak dan ibu bangsa. “Menjadi terpelajar dan sukses menjadi pelajar adalah hal mutlak. Jangan sampai kita yang mengisi kemerdekaan ini kualitas keterpelajaran kita lebih rendah dari bapak dan ibu bangsa. Mereka dulu sudah menghadirkan Indonesia merdeka, maka kita harus lebih dari mereka untuk menghadirkan Indonesia yang lebih hebat,” katanya.

Menurut Hidayat, Indonesia memerlukan corak ragam keahlian, termasuk di parlemen. Parlemen memerlukan segala macam keahlian. “Karena parlemen adalah lembaga yang mengawasi pemerintah baik urusan dalam negeri, luar negeri, hukum, pertanian, perhubungan, kesehatan, pendidikan, agama, ekonomi, dan sebagainya. Karena itu diperlukan SDM yang ahli di masing-masing bidang itu,” paparnya.

“Parlemen membutuhkan sumber daya manusia yang beragam. MPR juga demikian dalam kaitannya dengan UUD sebagai rujukan yang mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara. Untuk menjadi anggota MPR pun memerlukan keahlian yang beragam-ragam. Berbicara tentang Indonesia di MPR maka kita berbicara tentang keahlian yang juga beragam-ragam,” imbuhnya.

Sementara itu dalam pengantarnya, Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah meminta para siswa untuk memanfaatkan pertemuan dengan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. “Sungguh kesempatan berharga bertemu langsung dengan Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid. Para siswa bisa mendengar secara langsung dan bertanya langsung dari pelaku sejarah di MPR ini. Karena itu pertemuan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat,” ujarnya.

Guru Pembina SMAN 28 Jakarta, Eliza, mengungkapkan siswa yang hadir sebanyak 250 siswa kelas X dan 37 dari OSIS serta 10 guru pendamping. “Berkunjunga ke parlemen merupakan kegiatan tahunan OSIS untuk mendapatkan pengalaman langsung di parlemen,” ujarnya.