image

Ma'ruf Cahyono: Sosialisasi Lewat Pagelaran Seni Budaya Akan Menjangkau Setiap Kabupaten

Jumat, 24 Juli 2015 23:18 WIB

Kepala Biro Humas MPR Ma'ruf Cahyono mengungkapkan pagelaran seni budaya sebagai varian dalam sosialisasi Empat Pilar MPR secara bertahap akan diusahakan menjangkau banyak kabupaten di Indonesia.


"Pagelaran seni budaya sudah dilaksanakan di tingkat provinsi, dan kita usahakan nanti diselenggarakan di setiap kabupaten," kata Ma'ruf Cahyono di sela-sela acara pagelaran wayang kulit di Alun-Alun Blora, Jawa Tengah, Jumat 24 Juli 2015.


Menurut Ma'ruf, sosialisasi melalui seni budaya merupakan salah satu varian dari berbagai metode yang sudah dilaksanakan. Sosialisasi Empat Pilar sudah dilakukan dengan berbagai metode seperti tatap muka anggota MPR, outbound, seminar-seminar. "Tidak hanya wayang, budaya nusantara sangat variatif. Saat kita melakukan sosialisasi melalui metode ini akan disesuaikan dengan budaya masing-masing daerah," jelasnya.


Yang terpenting, lanjut Ma'ruf, pesan-pesan Empat Pilar (Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika) dapat tersampaikan ke masyarakat melalui pagelaran seni budaya. "Nanti kita usahakan pagelaran seni budaya menjangkau  setiap kabupaten," katanya.


Ketika membuka kegiatan wayang, Ketua Badan Pengkajian Bambang Sadono mengungkapan pagelaran wayang di Kabupaten Blora membuat iri kabupaten lain. "Kita akan minta MPR membuat kegiatan ini di kabupaten lain di Jawa Tengah," katanya.


Menjawab keinginan itu, Kepala Biro Humas Ma'ruf Cahyono akan mengusahakan pagelaran seni budaya di kabupaten-kabupaten. Ma'ruf berharap dalam lima tahun ke depan, sosialisasi melalui pagelaran seni budaya ini sudah bisa menjangkau banyak kabupaten di Indonesia.


Selain itu, MPR terus memperbaiki metode sosialisasi sehingg tidak hanya pengetahuan tapi juga direalisasikan, tidak hanya pada tataran konsep tapi sudah pada perilaku. "Ini yang kita namakan dengan gerakan 'Ini Baru Indonesia'," katanya.


Ma'ruf mencontohkan "Ini Baru Indonesia" antara lain soal toleransi, musyawarah mufakat, dan gotong royong. "Jika nilai-nilai itu dijalankan maka tidak ada peristiwa seperti di Tolikara Papua," ujarnya.