image

Ma’ruf Cahyono: Wawasan Kebangsaan Adalah Cara Pandang Bangsa Indonesia Mewujudkan Cita-Cita Kemerde

Jumat, 20 September 2019 20:43 WIB

Purwokerto- Sekretaris Jenderal MPR RI Dr. Ma’ruf Cahyono, SH, MH mengungkapkan bahwa generasi muda Indonesia saat ini dan ke depan mesti lebih memahami kembali nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan.

Sebab, pasca reformasi bergulir ada gambaran kekhawatiran bangsa tentang ke-Indonesiaan terutama internalisasi pemahaman Pancasila dan wawasan kebangsaaan yang hilang.

Di momen tersebut, dijelaskan bahwa Eka Prasetya Pancakarsa yang dibentuk dengan TAP MPR No.II Tahun 1978 sudah tidak ada, BP7 dibubarkan dan seluruh perangkat yang terkait dengan TAP tersebut sudah tidak ada lagi sejak tahun 1999 sampai 2009.

“Cukup lama vakum. Sehingga ada sesuatu yang terputus yakni metode menginternalkan Pancasila itu hilang, sehingga hampir sekian tahun generasi muda tidak mendapatkan pemahanan nilai-nilai Pancasila dan wawasan kebangsaan,” katanya.

Hal tersebut diungkapkannya saat menjadi keynote speech Dialog Wawasan Kebangsaan dalam rangka Dies Natalis Ke-56 Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) yang dihadiri ratusan peserta civitas akademika, mahasiswa dan alumni Unsoed, di Aula Justitia 3 Fakultas Hukum Unsoed, Purwokerto, Jawa Tengah, Jumat (20/9/2019).

“Pertanyaan besarnya adalah kenapa hal itu (hilangnya internalisasi Pancasila dan wawasan kebangsaan) sampai terjadi. Itu yang mesti direnungkan semua pihak terutama generasi muda,” ujarnya.

Padahal, lanjut Ma’ruf, pemahaman wawasan kebangsaan sangat penting. Wawasan kebangsaan adalah satu cara bangsa ini dan satu cara pandang bangsa ini untuk meraih cita-cita yakni Cita-cita kemerdekaan Indonesia yang tertuang dalam alinea ke empat Pembukaan UUD NRI Tahun 1945.

“Sekali lagi, generasi muda mesti memahami betapa pentingnya pemahaman wawasan kebangsaan,” tegasnya.

Ma’ruf menekankan, sangat disayangkan apabila sebagai generasi muda kehilangan aspek kognisi atau pengetahuan dan pemahaman Pancasila serta wawasan kebangsaan, jka itu terjadi bagaimana generasi muda akan bergerak kepada aspek selanjutnya yakni aspek afeksi yakni sikap dan kesadaran, belum lagi dalam tataran implementasi di kehidupan sehari-hari.

Ditegaskan Ma’ruf, semua hal tersebut adalah ‘pekerjaan rumah’ dan tanggung jawab semua anak bangsa terutama generasi muda yang harus paham lalu cepat mengambil peran agar nilai-nilai Pancasila yang bangsa ini semua yakini sebagai ideologi itu dan wawasan kebangsaan jangan sampai surut dan menghilang.

Dalam kesempatan yang sama, Rektor Unsoed Prof. Dr. Ir. Suwarto, MS mengatakan bahwa pemahaman wawasan kebangsaan mesti terus ditanamkan kepada rakyat Indonesia terutama generasi muda sebagai pemegang tampuk kepemimpinan bangsa di masa depan.

“Penanaman wawasan kebangsaan adalah tanggung jawab kita semua sebagai anak bangsa termasuk para civitas akademika di perguruan tinggi kepada generasi muda yakni para mahasiswa, sebab merekalah nanti yang akan memegang tampuk kepemimpinan di negeri ini nanti,” ujarnya.

Diungkapkan Rektor, mengingat negara Indonesia adalah negara yang sangat luas dan besar dengan keberagaman yang sangat besar pula, maka memang sangat diperlukan sosok-sosok masa depan yang sangat mamahami wawasan kebangsaan secara baik dan benar.

Hal tersebut diamini Muhammad Hamdan Fatah mahasiswa Fakultas Hukum Unsoed 2019. Hamdan sangat mengapresiasi kerjasama MPR dan Unsoed menggelar dialog tentang wawasan kebangsaan.

“Wawasan kebangsaan sangat penting, saya tahu itu, tapi saya bertambah paham bahwa begitu pentingnya wawasan kebangsaan dipahami oleh generasi muda bangsa setelah mengikuti dialog ini, tidak main-main, ini sangat serius. Pemahaman wawasan kebangsaan yang benar akan semakin memperkokoh rasa kebangsaan, nasionalisme dan rasa persaudaraan dalam diri setiap warga negara, dan itu sangat baik untuk membentengi diri dari serbuan negatif globalisasi,” tandasnya, usai acara.

Dialog Wawasan Kebangsaan kerjasama MPR dengan Fakultas Hukum Unsoed ini sendiri berlangsung selama setengah hari dengan metode interaktif yang menampilkan dua narasumber utama dialog yakni Prof. Drs. Rubijanto Misman dan Nasihin Masha yang mengupas tema sentral ‘Peningkatan Pemahaman Nilai-Nilai Wawasan Kebangsaan’.