image

Pertumbuhan Ekonomi Minus 5,32 Persen, Gus Jazil: Hidup Gotong Royong Mampu Atasi Ancaman Resesi

Sabtu, 08 Agustus 2020 15:43 WIB


 Wakil Ketua MPR Jazilul Fawaid menyebut bangsa ini dianugerahi berbagai keragaman. Di antara ribuan pulau yang terbentang dari Sabang hingga Merauke dan dari Talaud Ke Rote, tersebar berbagai suku, agama, bahasa, dan budaya. “Masing-masing memiliki keunikan tersendiri,” ujar Jazilul Fawaid, Jakarta, 8 Agustus 2020. Meski banyak perbedaan namun mereka bisa hidup dalam satu nusa, bangsa, dan bahasa Indonesia. “Tidak banyak negara yang memiliki perbedaan bisa seperti Indonesia,” ujarnya. “Perbedaan menjadi pengikat bukan sebaliknya,” tambahnya.
 
Perbedaan yang ada menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) itu menyimpan potensi yang positif dan bisa dibanggakan. Perbedaan di tengah keindahan alam dan kekayaaan flora dan fauna, membuat masing-masing suku memiliki budaya yang bisa menjadi daya tarik tersendiri dan berdaya guna bagi masyarakat di sana. Dirinya menceritakan beberapa hari yang lalu melakukan kunjungan ke Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur. Di pulau itu terdapat berbagai kekayaan budaya yang mampu menarik wisatawan baik dari dalam negeri atau luar negeri untuk datang ke sana. “Sehingga apa yang ada bisa menjadikan sumber geliat ekonomi masyarakat,” ungkap pria asal Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, itu.
 
Gus Jazil, demikian panggilan akrab Jazilul Fawaid, menuturkan ia lebih berbahagia lagi dari keberagaman yang ada di tengah masyarakat, tumbuh dan hidup budaya saling membantu dan mengutamakan kepentingan umum dibanding kepentingan pribadi, “yang lebih dikenal dengan istilah gotong royong,” paparnya. Budaya gotong royong inilah yang mampu mendayagunakan kehidupan masyarakat. Dari budaya tersebut maka persatuan dan kesatuan terjalin dan terangkai. “Gotong royong merupakan potensi budaya yang perlu terus dijaga, dilestarikan, dan dikembangkan,” paparnya.
 
Koordinator Nasional Nusantara Mengaji itu mengakui bahwa ummat manusia saat ini sedang dilanda pandemi Covid-19. Pandemi tersebut mengena dan menyasar siapa saja tidak mengenal apa suku, agama, bahasa, dan budayanya. Hal demikian membuat semua ummat manusia terdampak.
 
Dampak yang ditimbulkan menurut Gus Jazil bisa terjadi penularan antar manusia yang menyebabkan kematian dalam waktu yang cepat. “Tercatat sudah banyak orang yang meninggal akibat Covid-19”, ungkapnya. Ia berharap agar wabah segera sirna sehingga keselamatan ummat manusia bisa kembali normal. Wabah yang terjadi menurutnya juga membuat perekonomian mandeg atau berhenti. “Berhentinya tidak setengah-setengah namun total,” ucapnya.
 
Berhentinya perekonomian karena pandemi Covid-19 disebut benar-benar nyata dan fatal sehingga membuat banyak negara mengalami resesi. Ada sembilan negara yang telah mengalami resesi, yakni Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hong Kong, Singapura, dan Filiphina. “Amerika, Jerman, Jepang, dan Korea Selatan sebagai negara maju saja bisa goyah karena Covid-19”, paparnya.
 
Bangsa-bangsa yang lain menurut Gus Jazil bisa mengalami hal yang sama bila pandemi Covid-19 belum benar-benar bisa dikendalikan. Dari fakta yang ada, pertumbuhan perkonomi bangsa Indonesia berada pada angka minus 5,32 persen. Hal demikian tentu sangat mengkhawatirkan bagi masa depan masyarakat. Bila tidak segera diatasi dan ditangani maka akan terjadi pertambahan jumlah pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan sosial. “Ini merupakan ancaman resesi,” tuturnya.
 
Gus Jazil  berharap  semua ikut turun tangan. “Ini masalah kita semua,” ujarnya. Diharap semua ikut memberi solusi agar perekonomian bisa kembali ke pertumbuhan yang mensejahterakan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai minus 5,32 persen menurut Gus Jazil dapat diatasi bila masyarakat terus mengembangkan potensi budaya yang sudah hidup di tengah masyarakat. “Dengan gotong royong, saling membantu, saling memberi, untuk meringankan beban kehidupan maka ancaman resesi itu bisa dikendalikan dan diringankan,” tuturnya. Di masyarakat sudah terbangun tradisi budaya kebersamaan hidup, seperti dalam acara syukuran, pesta adat, dan menyimpan makanan dalam lumbung untuk bersama. “Kekayaan alam yang ada juga mampu menyangga kehidupan keseharian,” tambahnya.