image

Mahyudin: MPR Rajin Ke Pesantren Untuk Memperkuat Ideologi Pancasila

Sabtu, 19 Mei 2018 19:50 WIB

"MPR rajin masuk ke pesantren untuk mensosialisasikan Pancasila," ujar Wakil Ketua MPR Mahyudin saat mengunjungi Pondok Pesantren Al Banjari, Balikpapan, Kalimantan Timur, 19 Mei 2018. Diakui sosialisasi telah dilakukan MPR ke seluruh elemen masyarakat dengan beragam metode. "Untuk sosialisasi ke pesantren perlu ditingkatkan apalagi ada tantangan kebangsaan seperti adanya kejadian terorisme," ujarnya.

Untuk menangkal terorisme, menurut Mahyudin, perlu keterlibatan semua pihak. "Saya kira kita perlu bersama untuk menangkal terorisme," paparnya. Meski demikian dirinya dengan tegas mengatakan tidak setuju apabila terorisme dikaitkan dengan Islam. "Saya percaya terorisme bukan ajaran Islam," ungkapnya. Dirinya mengharap agar MUI mengeluarkan fatwa tentang terorisme. "Jangan dikaitkan Islam dengan terorisme," tegasnya.

Dihadapan 300 santri Al Banjari, Mahyudin yakin para santri yang ada berpaham ahlus sunnah waljamaah. Dirinya berharap agar generasi muda itu tidak terkontaminasi dengan paham yang salah.

Agar tak terkontaminasi dengan paham yang salah  maka MPR melakukan sosialisasi Pancasila di pesantren. "Kami antisipasi pemahaman yang salah dengan Pancasila," paparnya.

Kepada wartawan Mahyudin mengatakan bahwa program sosialisasi seperti ini sudah lama dilakukan oleh MPR. "Dan sekarang masyarakat semakin sadar akan pentingnya ideologi Pancasila," ujarnya.

Dikatakan kunjungan ke Al Banjari selain untuk bersilaturahmi juga untuk menjalankan tugas MPR. "Di bulan puasa ini kita perkuat ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, dan ukhuwah basariyah," ujarnya.

Anggota MPR dari Fraksi Partai Golkar Heti Latifah yang ikut menjadi nara sumber dalam sosialisasi itu menuturkan bahwa mereka yang berada di Al Banjari harus bangga menjadi santri sebab sebelum Indonesia merdeka santri ikut berjuang memerdekakan Indonesia. "Banyak santri diangkat menjadi pahlawan," ujarnya.

Heti Latifah mengajak kepada santri untuk terus memperjuangkan cita-cita pendahulunya namun dengan cara kekinian. "Berjuang di jaman sekarang lebih sulit karena musuh tak seperti pada masa lalu," ungkapnya. "Musuh kita sekarang seperti kemiskinan dan narkoba," paparnya.

Ditegaskan para santri harus menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta mampu menguasai ekonomi.