Di Gedung
Nusantara IV, Komplek Gedung MPR/DPR/DPD, Jakarta, 12 Juni 2015, terlihat
beberapa mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang menggunakan jas khasnya,
jaket kuning. Mereka terlihat sibuk berbincang dengan rekannya yang juga sama
memakai jaket kuning. Di antara beberapa mahasiswa itu terlihat puluhan orang
lainnya, mereka adalah dosen ilmu politik dari 45 perguruan tinggi, perguruan
tinggi yang tersebar di seluruh negeri ini.
Mereka berada
di tempat itu sejak pagi, sebab mereka ingin mengikuti seminar dengan tema Masa Depan Nasionalisme Indonesia:
Kedaulatan, Kebangsaan, Kewarganegaraan, dan Kepemimpinan. Tak hanya itu
acara yang digelar, dalam waktu yang sama juga dideklarasikan Asosiasi Dosen
Ilmu Politik Indonesia (ADIPI).
Acara itu
berada di lingkungan parlemen sebab merupakan buah kerjasama antara MPR dan Center for Election and Political Party
(CEPP)-FISIP UI. Direktur CEPP, Chusnul Mariyah, dalam kesempatan itu mengungkapkan
kerja sama antara lembaga yang dipimpinnya dengan MPR terjalin sudah sejak MPR
periode yang lalu. “Bentuk programnya MPR
Goes To Campus dan pelatihan dan pendidikan pemilih,” ujarnya.
Sebagai
lembaga yang peduli pada kualitas pemilu, Chusnul mengakui bahwa masalah yang
ada di negara ini tak mungkin diselesaikan sendiri. Untuk itu dalam
meningkatkan kualitas pemilu, CEPP bekerja sama dengan banyak kampus. “Apa yang
dilakukan CEPP sebagai bentuk pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi,” papar
mantan anggota KPU itu.
Rektor UI,
Muhammad Anis, yang dalam kesempatan itu ikut memberi sambutan, membenarkan apa
yang dikatakan Chusnul bahwa apa yang dilakukan CEPP sebagai bentuk realisasi
Tri Dharma Perguruan Tinggi. “Perguruan tinggi unsur penting dalam memajukan
bangsa,” ujarnya. Lebih lanjut dikatakan sudah banyak sumbangsih kampusnya
untuk bangsa dan negara, di antara itu adalah ikut terlibat dalam kajian
akademik amandemen UUD Tahun 1945. “Termasuk juga ikut mendidik pemilih
pemula,” ujar master mettalurgi itu. Menurut pria kelahiran Jakarta, 1947, itu
bahwa kerja sama kampus dengan lembaga lain merupakan sebuah bentuk pemanfaatan
sumber daya manusia kampus.
Sebagai tuan
rumah, Ketua MPR Zulkifli Hasan, dalam kesempatan itu didaulat sebagai keynotespeech. Dalam pidatonya,
dikatakan acara yang digelar CEPP akan menentukan masa depan bangsa. Sebagai
lembaga yang konsen pada pendidikan politik anak muda, CEPP diakui perannya.
Menurut
Zulkifli Hasan, pemuda jaman dahulu memiliki gagasan yang jauh ke depan untuk
Indonesia merdeka. Di masa penjajahan, para pemuda memiliki pandangan yang
visioner.
Pada 1 Juni
1945, Bung Karno di depan rapat BUPKI berpidato mengemukakan gagasan yang
sangat visioner yang jauh ke depan. Gagasan tersebut hingga akhirnya membuat Indonesia
merdeka pada 17 Agustus 1945. Disebutkan juga visionernya Indonesia meski
mayoritas penduduknya beragama Islam namun negara ini bukan negara yang
berdasarkan agama.
Visionernya
Indonesia dapat dilihat dengan adanya 4 konsensus dasar yakni Pancasila, UUD
NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Keempat hal itu menurut
Zulkifli sudah menjadi kesepakatan bulat. "Tak ada pilihan lain selain
untuk mewujudkan janji-janji kebangsaan itu," ujarnya.
Meski
demikian Zulkifli masih mempertanyakan apakah demokrasi di Indonesia sudah
sesuai dan tepat seperti sekarang ini. Menurut Zulkifli pihak kampuslah yang
paling tepat untuk membahas masalah demokrasi yang ada di Indonesia sebab
demokrasi dengan sistem one man one vote
menimbulkan berbagai dampak yang terkadang tak sesuai dengan harapan kita.
Dirinya
mengharap agar kita memiliki visi seperti pemuda Indonesia jaman dahulu yang
jauh ke depan. Menurut Zulkifli, Indonesia itu intinya adalah kekeluargaan,
musyawarah mufakat, dan gotong royong. AW