image

Wakil Ketua MPR: Jadikan Al Quran Sebagai Cermin

Senin, 12 Juni 2017 11:12 WIB

“Malam ini adalah malam ‘Nuzulul Quran’, malam 17 pada bulan Ramadhan,” ujar Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid saat mengawali tauziah-nya di hadapan jamaah Masjid Al Ibadah, Kemang, Jakarta Selatan, 11 Juni 2017. Lebih lanjut dalam acara memperingati Nuzulul Quran itu, Hidayat Nur Wahid menuturkan, kita dipertemukan oleh Allah dengan malam yang sangat luar biasa yang mengingatkan kepada kita semua bahwa Allah memberikan sebuah fakta ummat Islam bisa maju, bisa hebat, bahkan bisa menghadirkan peradaban yang berkeunggulan mengalahkan peradaban-peradaban apapun.

Hidayat Nur Wahid menguraikan, ketika Malaikat Jibril datang kepada Rasulullah, ia menyuruh Rasulullah untuk membaca, ‘iqra’, namun Rasulullah mengatakan, saya tidak bisa membaca. Jibril pun mengatakan kembali ‘iqra’, hingga beberapa kali sampai Rasulullah mengatakan saya tidak bisa membaca Al Quran.

Menurut alumni Pondok Modern Darussalam Gontor itu, peristiwa ini menandakan bahwa Allah dan Rasulnya memberikan sebuah contoh kalau kita mau maju, hebat, sukses, dan menghadirkan Islam yang ‘rahmatan nil alamin’, berkeunggulan, bisa terjadi ketika kita diberi ajaran Al Quran dan melaksanakan. “Seadainya Rasul saat itu diberi wahyu namun tidak mau dan tidak melaksanakan perintah, mungkin tidak akan ada Islam,” ujarnya. “Karena Rasul melaksanakan perintah, jadilah suatu hal yang luar biasa,” tambahnya. Diterimanya Al Quran oleh Rasulullah membuat masyarakat dari ‘jahiliyah’ menuju ‘islamiyah’, masyarakat yang tidak mengenal peradaban menjadi masyarakat yang mengenal peradaban unggul.

Di hadapan para jamaah, Hidayat Nur Wahid mengatakan, malam mini kita dikumpulkan untuk memperingati turunnya ‘Nuzulul Quran’ untuk mensyukuri karunia dan mengingatkan kembali Al Quran untuk menghadirkan generasi baru sebagai berkah hadirnya Al Quran.

Hidayat Nur Wahid ingat pesan Imam Ghozali. Mengutip pendapat Imam Ghozali, bila ummat Islam mau menghadirkan Al Quran yang betul-betul berkah dan bermanfaat maka jadikan Al Quran itu seolah-olah bisa berbicara dengan anda bukan bicara dengan orang lain. “Jadi kalau kita dilarang melakukan tindakan jahat, itu pada kita bukan pada orang lain,” Hidayat Nur Wahid mencontohkan. “Perintah sholat, puasa, yang diperintah kita bukan orang lain,” tambahnya.

Pesan kedua Imam Ghozali tentang Al Quran, adalah menjadikan kitab itu sebagai cermin. “Ketika bercermin, cermin itu akan menampilkan apa adanya,” ujarnya. Bila kita bagus ya bagus, kalau ‘awut-awutan’ ya ‘awut-awutan’. Maka bila cermin itu mengatakan tidak sebagus yang ada harapkan maka jangan salahkan cerminnya. “Inilah wejangan dari Imam Ghozali yang agar pada ‘Nuzulul Quran’ tahun ini memberi berkah lebih bagi pada kita,” ujarnya.