image

Wakil Ketua MPR Mengajak Masyarakat Pertahankan Adat

Sabtu, 17 Februari 2018 13:11 WIB

Ibarat pepatah, sambil  menyelam minum air. Sembari membuka Sosialisaai bagi masyarakat Dayak Kayan,  Jumat (16/2), Wakil Ketua MPR Dr. Mahyudin ST, MM,  menikmati keindahan adat Dayak, juga cantik paras para gadisnya. Karena dalam acara itu Mahyudin disuguhi berbagai kesenian Dayak yang dibawakan para pemuda dan pemudi. Mulai dari tata cara dan adat menerima tamu agung, hingga tari-tarian. Semua dilakukan penuh semangat dan antusias, karena bangga atas kehadiran Wakil Ketua MPR.

Antusiasme Masyarakat Dayak Kayan, di desa Miau Baru Kecamatan Kombeng Kabupaten Kutai Timur, sudah terlihat saat mereka menerima kedatangan Wakil Ketua MPR, di perbatasan Desa Miau Baru. Di lokasi ini, Mahyudin dipersilakan naik ke atas kendaraan yang sudah didekorasi dengan ornamen masyarakat Dayak beserta beberapa alat tetabuhan. Kendaraan ini berjalan hingga 1 Km menuju Desa Miau Baru.

Lalu, ketika memasuki  desa Miau Baru, Mahyudin berganti kendaraan. Di tempat ini Mahyudin menerima pakaian dan topi adat dayak. Kemudian,   Wakil Ketua MPR naik di atas perahu sepanjang hampir 20 meter. Ia duduk di atas perahu, sembari dipayungi seorang wanita berpakaian adat Dayak.  Perahu tersebut ditandu oleh lebih dari 50 pemuda Dayak, hingga tiba di depan Lamen Adat Bilung Jau, atau rumah adat warga Dayak. 

Sampai di tempat tersebut, Wakil Ketua MPR dipersilakan masuk ke rumah adat. Sesaat kemudian dipersembahkan tarian perang, yang dimainkan oleh pemuda dan pemudi Dayak. 

Mengomentari penyambutan yang diberikan masyarakat, Wakil Ketua MPR mengaku sangat terharu. Menurutnya, tarian tersebut dimainkan penuh perasaan. Tidak seperti tari-tari serupa yang ditampilkan di tempat lain. 

"Tari ini sangat menarik, karena dimainkan penuh perasaan. Sedangkan di tempat lain sekedar dilakukan, para penarinya tidak mengerti makna tiap tiap gerakan dalam tariannya", kata Mahyudin menambahkan. 

Karena itu Mahyudin berharap adat dan kesenian Dayak dijaga dan dipertahankan. Tak terkecuali rumah adat masyarakat Dayak. Karena  rumah tersebut sangat berharga, baik secara moril maupun material.  

"Saat ini sangat sulit  mendapatkan kayu ulin sebasar itu. Kalaupun ada harganya sangat mahal. Dengan mempertahankan rumah adat, berarti kita memberi pengetahuan kepada anak cucu, agar mereka mengenal rumah adatnya sendiri", kata Mahyudin lagi. 

Masyarakat Dayak Kayan, di desa Miau Baru Kecamatan Kombeng Kabupaten Kutai Timur merupakan salah satu komunitas Dayak terbesar di Indonesia. Lebih dari 5000 orang Dayak hidup di desa Miau Baru. Dayak Kayan di Miau Baru berasal dari Apoyakan, wilayah perbatasan antara Indonesia Malaysia. Mereka berjalan kaki menyusuri hutan selama berbulan bulan sebelum akhirnya tiba di kecamatan Kombeng sekitar tahun 1969. Mereka pergi dari daerah asalnya, karena menyelamatkan diri dari serangan penyakit mematikan. Kepergian merka ke Kombeng adalah untuk menyelamatkan diri dan menemukan kehidupan yang baru, yang lebih menyenangkan.